TribunWow/Dian Naren
TRIBUNNEWS.COM - Indonesia tengah dirundung duka dengan kejadian teror yang seakan tiada hentinya.
Akibatnya, kini Indonesia tengah berada dalam situasi siaga satu terorisme.
Topik mengenai terorisme ini juga diangkat dalam program acara Mata Najwa dengan salah satu narasumbernya yakni Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian.
Dalam kesempatan tersebut, Tito menceritakan kisah penangkapannya terhadap terduga teroris yang menurutnya terjerumus lantaran pemahaman ideologi yang salah.
"Pemahaman tentang ideologi yang membuat mereka ikut untuk aksi bunuh diri karena mereka meyakini pemikiran mereka dalam mindset kelompok-kelompok ini mereka hanya berpikir didoktrin sedemikian rupa bahwa jalan tol expres menuju surga adalah dengan operasi amaliyah (jihad melawan musuh)", ujar Tito.
Tito juga menjelaskan dua cara yang bisa dipakai oleh pelaku terduga teroris.
"Bagi mereka ada dua cara menuju surga dengan jalan yang cepat. Yang pertama yakni jika mereka terbunuh, maka mereka langsung masuk ke Surga. Sedangkan yang kedua, adalah dengan meletakkan bom di tempat keramaian tertentu sedangkan dirinya kabur", tambahnya.
Menurut Tito, kejadian kali ini luar biasa dikarenakan yang dipakai adalah metode bom bunuh diri.
"Tapi yang kali ini kan tidak. Dipakai di badan bahkan diikat di tubuh anak kecil. Membawa Kartu Keluarga dan KTP mereka. Ini berarti mereka memang mencari mati karena mereka yakin bahwa mereka itu akan masuk surga", ujarnya.
Lalu jalan yang kedua yang menurut Tito sebagai inti yang dikehendaki oleh Teroris adalah konfrontasi dengan petugas kepolisian.
"Pada saat konfrontasi (tembak-menembak kontak dengan petugas) terjadi, mereka bisa membunuh dan mendapatkan pahala. Kalau mereka terbunuh, langsung masuk surga.
Seperti yang di Polda Riau, 5 orang naik Avanza membunuh petugas. Mereka tahu polisinya bersenjata.
Mereka lalu mengeluarkan samurai berapa pun yang bisa mereka serang dan bunuh bisa mendapat pahala, namun jika gagal akan tetap masuk surga. Itu yang dipikiran mereka."
Tito juga mengakui saat ini pihaknya sangat menghindari konfrontasi terbuka guna menangkap teroris dalam keadaan hidup.
"Jadi yang kita lakukan tekniknya jangan mencari konfrontasi terbuka, namun melakukan penangkapan saat mereka lengah.
Kalau seandainya konfrontasi terbuka, itu jaga jarak. Saya berpesan jangan gunakan langkah-langkah penyerbuan karena mereka juga siap mati."
Dirinya juga menceritakan percakapan saat menangkap teroris silam.
"Saya pernah menangkap kasus bom Kedutaan Besar Australia di Bogor, begitu kami tangkap hidup-hidup mereka menangis di kendaraan.
Kenapa kamu menangis?
Kenapa kita tidak kontak?
Kenapa saya nggak bisa membunuh bapak?
Kenapa bapak nggak bunuh saya?
Saya kehilangan golden momentum untuk masuk surga.
Saya sampaikan, ya sudah kamu bunuh diri saja setelah ini.
Saya neraka pak, kalau sudah begitu", cerita Tito.
Najwa lantas memastikan kesimpulan dari cerita Tito.
"Jadi bunuh diri buat mereka adalah neraka, namun jika dalam kontak itu surga? Astaghfirullahalazim", ujar Najwa menutup.
Penulis: Dian Naren
Editor: Dian Naren
Artikel Asli